Lompat ke konten

Trend “Piring Terbang” yang Hilang Dimakan Zaman

Pesta pernikahan diselenggarakan dengan tujuan untuk menyatukan dua hati. Pernikahan adalah salah satu metode yang ditempuh untuk mempersatukan dua keluarga dan menjadi keluarga besar. Pernikahan dianggap penting baik pada segi agama, budaya hingga hukum di suatu Negara sekalipun. Pentingnya proses pernikahan yang ditempuh oleh masyarakat luas tentu tidak terlepas dari adanya persiapan yang matang. Persiapan yang dilakukan secara sempurna tidak hanya bertujuan untuk memuaskan diri sendiri melainkan para tamu undanga, kerabat hingga keluarga inti. Konsep demi konsep dirancang sedemikian rupa hingga menjadi suatu tema yang diinginkan pada acara pernikahan. 

Konsep pernikahan yang harus dirancang berkaitan dengan segala aspek mulai dari konsep dekorasi pernikahan, tata rias dan busana yang digunakan hingga menyentuh aspek penyediaan catering pernikahan. Saat melakukan persiapan pernikahan hal utama yang harus diperhatikan adalah budget yang dimiliki. Budget merupakan salah satu patokan utama dalam mengeluarkan berbagai biaya. Umumnya saat akan menggelar pesta pernikahan pos pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan terletak pada besarnya jumlah penyediaan makanan untuk tamu undangan. Artinya, jumlah biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan jumlah undangan yang ada saat pesta pernikahan. Apabila tamu undangan dalam jumlah banyak tentu hal yang dikhawatirkan adalah membengkaknya biaya yang dikeluarkan. Terlebih lagi jika pesta pernikahan mengusung konsep dengan menggunakan prasmanan akan memakan banyak biaya.

Berbicara tentang penyediaan makanan untuk tamu undangan ada beberapa cara yang dianggap mampu menghemat budget pernikahan. Umumnya konsep pernikahan dengan piring terbang sering ditemui pada acara-cara pernikahan pada wilayah Jawa tengah, khususnya Solo. Masyarakat Solo sering menggunakan konsep piring terbang dalam menyelenggarakan resepsi pernikahan. Konsep piring terbang juga menyiratkan sesuatu yang tergesa-gesa tetapi ada kepraktisan dalam melakukan penyajiannya. 

Konsep penyediaan piring terbang yang dikenal mulai tahun 1980-an ini didasari atas perhatian berlebih tentang kapasitas ruang, efektivitas waktu dan jumlah undangan yang ada dalam resepsi pernikahan. Saat menghadiri resepsi pernikahan dengan konsep piring terbang tamu undangan cukup datang dan duduk pada kursi yang telah disediakan. Selanjutnya, pramusaji akan mendatangi dan menyajikan makanan serta minuman dalam ukuran satu porsi. Urutan penyajian makanan yang dilakukan biasanya dimulai dengan membawakan makanan diatas piring, minum, camilan hingga minuman penutup seperti olahan es buah. Ketika minuman berupa es telah disajikan menjadi tanda untuk tamu undangan bahwa acara telah selesai. Terkesan tergesa-gesa dalam melakukan perjamuan didasari atas alasan antrian tamu yang lain akan bubar sejalan dengan konsep piring terbang tersebut. 

Tergesa-gesanya dalam melakukan penyajian makanan kepada tamu undangan tentu mengurangi kegiatan bercengkrama antar sesama tamu undangan. Tamu undangan hanya sedikit melakukan aktivitas saat menghadiri resepsi piring  terbang karena terbatasnya area untuk bergerak. Minimnya pergerakan yang dilakukan oleh tamu undangan tersebut menyebabkan porsi makanan yang dihidangkan cepat dihabiskan. Selanjutnya, langkah terakhir yang dilakukan oleh tamu undangan adalah bergegas pulang. 

Penyajian makanan resepsi pernikahan dengan menggunakan konsep piring terbang tentu memiliki keunggulan tersendiri. Keunggulan utama yang paling tampak adalah minimnya budget yang harus dikeluarkan karena pada saat merancang anggaran konsumsi untuk pernikahan sudah dihitung berdasarkan porsi dan perkiraan kemampuan dalam menyajikan konsumsi itu sendiri. Selain itu, porsi yang dihidangkan memiliki takaran porsi dalam kategori sedang. Artinya makanan yang disediakan tidak sedikit maupun tidak terlalu banyak, sehingga mudah dihabiskan dan tidak mubazir. Keunggulan lain yang ditawarkan oleh konsep resepsi pernikahan dengan menggunakan piring terbang adalah pada segi pelayanan. Pramusaji yang bertugas melakukan pelayanan dapat dipilih dari keluarga atau kerabat dekat. Kesediaan membantu dalam acara pernikahan tentu memudahkan dalam menumbuhkan kepercayaan akan suksesnya acara pernikahan karena  kegiatan menyajikan makanan kepada tamu undangan didasari atas rasa kekeluargaan.

Era modern saat ini menuntut masyarakat luas mengadopsi tata cara hidup serba praktis dan mudah. Penyediaan makanan dengan metode piring terbang merupakan cara yang dianggap efektif. Namun, apabila ditelisik lebih mendalam saat ini budaya pesta pernikahan dengan piring terbang sudah tidak lagi digunakan. Pelayanan dengan model prasmanan yang dapat dipesan melalui jasa catering dianggap sebagai solusi dalam menggelar pesta pernikahan. Selain mengurangi beban dan tenaga penyelenggara pernikahan menggunakan jasa catering juga menawarkan pelayanan yang prima. Konsep piring terbang yang dirasa tidak memiliki kepraktisan dalam gaya hidup yang modern menjadi salah satu alasan utama masyarakat luas mengesampikan penyediaan makanan dengan piring terbang. 

Kekurangan yang ada pada konsep penyediaan makanan piring terbang menjadi salah satu langkah utama pelaku bisnis melakukan perombakan besar-besaran. Munculnya konsep pernikahan dengan gaya prasmanan menjadi salah satu fakta besar bahwa saat ini penyelenggaraan pernikahan mampu diadakan dengan modal yang sebesar-besarnya. Gaya hidup yang diadopsi oleh masyarakat modern saat ini juga menuntut pesta pernikahan dengan konsep yang mewah. Hal tersebut tentu bertolak belakang dari konsep pernikahan jaman dulu yang mengedepankan proses pernikahan dan mengesampingkan gengsi belaka. 

Lunturnya budaya dan digantikan oleh gaya hidup yang serba modern tentu memiliki dampak buruk bagi kehidupan. Apabila masyarakat tidak mampu memilah dengan benar sisi gaya hidup modern yang positif bagi kelangsungan hidup maka masyarakat akan terjerumus pada beban hidup yang mengerikan. Salah satu contoh nyata adalah masyarakat lebih memilih menyelenggarakan pesta secara besar-besaran dan melakukan penyediaan makanan beraneka ragam dengan modal hutang berbunga besar dibandingkan menyelenggarakan konsep pesta pernikahan sederhana dan khidmat. Munculnya gaya hidup serba modern tentu harus diwaspadai, masyarakat luas harus berfikir secara cerdas dalam melakukan pengambilan keputusan. Khususnya pada konsep pernikahan saat ini yang mematok biaya besar dalam penyelenggaraan apabila tidak dikelola dengan baik pernikahan yang seyogyanya sebagai pintu utama pembuka rezeki akan berubah sebagai pintu pertama mekarnya bunga hutang.  ​

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *