Lompat ke konten

Tradisi Tumpeng Robyong Pada Acara Khitan

Sunat pada pria adalah salah satu prosedur bedah tertua dan paling umum di seluruh dunia, dan dilakukan karena berbagai alasan: agama, budaya, sosial dan medis. Ada bukti konklusif dari data pengamatan dan tiga uji coba terkontrol secara acak bahwa laki-laki yang disunat memiliki risiko yang lebih rendah untuk terinfeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV). Permintaan akan penyunatan pada pria yang aman dan terjangkau diperkirakan akan meningkat dengan cepat, dan para pembuat keputusan di tingkat negara membutuhkan informasi tentang faktor-faktor penentu sunat yang bersifat sosial budaya dan medis, serta risiko prosedur, dalam konteks pemrograman pencegahan HIV yang komprehensif.

Muslim adalah kelompok agama terbesar yang melakukan sunat pada pria. Sebagai bagian dari iman, Muslim mempraktikkan sunat sebagai konfirmasi hubungan mereka dengan Tuhan; praktik ini juga dikenal sebagai tahera, yang berarti “pemurnian”. Tidak ada penyebutan sunat secara spesifik dalam Al-Qur’an, dan itu hanya wajib (wajib) di antara salah satu dari enam mazhab hukum Islam (mazhab Syafi’i). Sekolah lain menganggap praktik ini sebagai sunnah. Penting juga bagi seorang pria untuk disunat agar saat melakukan ibadah Haji mampu memenuhi syarat yang ditentukan dan ditetapkan oleh Islam.

Penyebaran Islam secara global sejak abad ke-7 M, sunat laki-laki secara luas diadopsi di antara orang-orang yang sebelumnya tidak disunat. Di beberapa daerah, sunat laki-laki sudah menjadi tradisi budaya sebelum kedatangan Islam (misalnya, di antara Poro di Afrika Barat, dan di Timor di Asia Tenggara). Di daerah lain, Islam menjadi penentu utama sunat. Misalnya, di Distrik Rakai, Uganda, 99% pria Muslim disunat, dibandingkan dengan hanya 4% pria non-Muslim. Pentingnya sunat tentu harus menjadi perhatian besar baik bagi umat muslim maupun non muslim. Hal tersebut juga mengingat bahwa sunat juga baik untuk kesehatan.

Dalam acara sunat atau khitan masyarakat Indonesia khususnya yang ada di Jawa juga mengenal beberapa tradisi lainnya. Tradisi tersebut diantaranya menyediakan upacara khitan dengan menyajikan berbagai makanan didalamnya. Salah satu makanan tradisional dan wajib dihadirkan pada acara atau upacara khitan tersebut adalah tumpeng robyong. Kehadiran tumpeng robyong juga menjadi salah satu simbol  makna hidup yang selaras dengan alam. Tumpeng robyong sendiri dalam penyajiannya juga memiliki keunikan. Keunikan tersebut dapat dilihat pada bentuk kerucut pada nasi kuning dengan beberapa lauk pauk hingga sayuran yang dihidangkan mengikuti bentuk putaran nasi kuning.

Pembuatan tumpeng robyong juga bukan hal yang sulit dilakukan. akan tetapi meskipun masuk dalam kategori mudah dilakukan, membua tumpeng robyong juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Bagi Anda yang menyelenggarakan acara khitanan secara besar-besaran bisa menjadi momok atau boomerang karena akan menyita banyak waktu. Namun, saat ini Anda tidak perlu khawatir karena saat ini sudah banyak jasa catering di Surabaya yang mampu memenuhi kebutuhan akan tumpeng robyong. Masalah harga hingga kualitas makanan juga tidak perlu diragukan lagi. Selain itu Anda juga dapat memsan produk pelengkap seperti nasi kotak Surabaya dengan harga yang sesuai dengan kantong, sehingga tidak perlu merasa kerepotan karena saat ini jasa catering Surabaya hadir sebagai solusi diberbagai kebutuhan kuliner hingga tim sukses sebuah acara. 

Berkah Catering
Nasi Tumpeng Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *