Lompat ke konten

Memilih catering atau masakan isteri

Sebagai seorang suami, Subagong tidak pernah tahu secara persis berapa biaya pengeluaran rumah tangganya untuk keperluan makan setiap bulannya. Pokoknya asal makanan tersedia dan istri tidak mengeluh jatah bulannnya kurang, okelah.

Meski di rumah pake pembantu, istri Subagong sudah biasa masak menyediakan makanan. Jam 4 pagi, dia sudah bangun menyiapkan sarapan pagi. Pulang kerja jam 4 sore dia juga sudah mulai masak di dapur menyiapkan makan malam.

Suatu saat, pembantu rumahtangganya pulang kampung dan tidak kembali. Peristiwa ini menyebabkan Subagong harus berbagi tugas untuk mengambil alih pekerjaan-pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh pembantu. Mereka harus berbagi tugas untuk mencuci, menyeterika, membersikan rumah dan mengantarjemput anak-anak sekolah. Nampaknya beban kerja tersebut membuat mereka « kepontal-pontal « . Sukurlah akhirnya mereka mendapat alaternatif jalan keluar. Ternyata ada seorang yang dapat melayani catering. Setelah dicoba eh… ternyata makanannya enak dan harganya murah, tidak jauh berbeda dengan biaya jika masak sendiri bahkan kalo tenaga istrinya untuk masak diperhitungkan sebagai biaya maka biaya catering ternyata lebih murah.

Akhirnya Subagong menyarankan istrinya agar terus menggunakan jasa catering saja meskipun sekarang sudah punya pembantu. Tapi istrinya berpendapat lain, catering hanya dipesan saat dia tidak sempat masak saja. Selain itu harus masak sendiri meskipun biayanya lebih mahal. Barangkali dengan istilah sederhana dia mau mengatakan : “pokoknya kita harus menggunakan produksi ‘dalam negeri’, hanya kalau kepepet boleh memakai produk ‘luar negeri’.

Berkah Catering
Catering Prasmanan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *