Lompat ke konten

Deretan Mitos Pernikahan Adat Jawa Hingga Kini

Menikah adalah impian sekali seumur hidup yang ingin dirasakan oleh semua pasangan. Namun ternyata, memilih pasangan dan mempersiapkan pernikahan tidak semudah itu. Apalagi jika sudah melibatkan masalah adat dan budaya. Salah satu adat yang cukup kuat dalam mengatur pernikahan adalah weton adat Jawa. Bagi keturunan Jawa ada beberapa mitos larangan yang harus diperhatikan sebelum melangsungkan pernikahan. Nah, buat kalian yang tinggal di pulau Jawa, pasti sudah banyak mengenal nih mitos-mitos ini. Beberapa aturan weton disebut sebagai mitos namun ada juga yang nyata. Mari simak penjelasan mengenai mitos pernikahan menurut weton adat Jawa di bawah ini.

1. Menikah di Bulan Muharram

Bulan Muharram, orang Jawa menyebutnya bulan Syuro. Saat bulan Syuro, ada larangan untuk tidak melakukan pernikahan. Pasalnya, bulan Syuro diangap bulan keramat.

Konon, apabila larangan itu dilanggar dapat mendatangkan musibah. Baik bagi pasangan pengantin, maupun bagi kedua keluarga besar.

2. Posisi rumah berhadapan

Selain larangan menikah di bulan tertentu, posisi rumah calon mempelai juga perlu diperhatikan. Mitosnya, jika kedua calon mempelai tetap menikah, dikhawatirkan akan datang berbagai masalah di kehidupan rumah tangga.

Namun, apabila keduanya tetap ingin menikah, maka salah satu rumah calon mempelai direnovasi hingga posisinya tidak lagi berhadapan. Bisa juga, salah satu calon mempelai “dibuang” dari keluarganya dan diangkat oleh kerabat yang posisi rumahnya tidak berhadapan dengan calon mempelai.

3. Pernikahan siji karo telu (Jilu)

Sebagian besar masyarakat Jawa menilai, pernikahan Jilu yang merupakan pernikahan anak nomor satu dan anak nomor tiga sebaiknya dihindari. Mereka percaya, pernikahan tersebut akan mendatangkan banyak cobaan dan masalah. Mitos ini muncul lantaran perbedaan karakter yang terlalu jauh antara anak pertama dan anak ketiga.

4. Pernikahan siji jejer telu

Berbeda dengan pernikahan Jilu, pernikahan siji jejer telu adalah ketika kedua calon mempelai sama-sama anak nomor 1 dan salah satu orang tua mereka juga anak nomor 1 di keluarganya. Pernikahan ini disarankan untuk dihindari. Apabila pernikahan tetap dilangsungkan, sebagian masyarakat percaya bahwa pernikahan ini akan mendatangkan sial dan malapetaka.

5. Menikah di bulan sura itu terlarang.

Banyak masyarakat percaya bahwa pernikahan dibulan sura tidak boleh dilaksanakan karena dipercaya bulan sura adalah bulan khusus untuk Ratu Pantai Selatan mengadakan hajatan. Hal ini pastinya sulit dipahami oleh generasi muda yang tidak mengerti kisah dan cerita leluhur. Selain itu hal ini juga sulit untuk dibuktikan secara nalar.

6. Anak tunggal harus diruwat.

Ruwatan dilakukan untuk menghindari nasib sial dan biasanya anak tunggal termasuk ke daftar orang yang perlu diruwat. Dengan adanya ruwatan, dipercaya bahwa anak tunggal tersebut akan terhindar dari kesialan sehingga orangtua tidak perlu khawatir berlebihan terhadap anak semata wayangnya.

7. Weton Jodoh

Kalau yang satu ini, sepertinya masih berlaku sampai sekarang. Masyarakat Jawa yang akan melangsungkan pernikahan akan melakukan perhitungan weton jodoh.

Weton ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kecocokan pasangan. Apabila cocok, rencana pernikahan akan dilangsungkan. Tetapi apabila wetonnya tidak cocok, maka pernikahan sebaiknya dibatalkan.


Nah, itu dia mitos-mitos pernikahan adat Jawa yang harus kalian ketahui nih.. bagaimana menurut kalian? kalian percaya akan mitos tersebut? Semua dikembalikan kepada pribadi masing-masing. Selama diniati dengan niat tulus ikhlas dan mempercayakan semua pada Yang Maha Kuasa, pernikahan akan baik-baik saja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *